Persamaan Cerpen Sorot Mata Syaila, Tahi Lalat, Sepatu Jinjit Aryanti, Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, Jangan ke Istana, Anakku
Kritik
Esai Kumpulan Cerpen
Karya M. Shoim Anwar. Dikliping tanggal 15 Januari 2018 dalam kategori Arsip
Cerpen, Jawa
Pos
Karya M. Shoim Anwar. Dikliping tanggal 20 Februari 2017 dalam kategori Arsip
Cerpen, Media Indonesia
Karya M. Shoim Anwar. Dikliping tanggal 17 Januari 2017 dalam kategori Arsip
Cerpen, Jawa
Pos
Bambi dan Perempuan
Berselendang Baby Blue
Karya M. Shoim Anwar. Dikliping tanggal 31 Agustus 2015 dalam kategori Arsip
Cerpen, Jawa
Pos
Karya M. Shoim Anwar. Dikliping tanggal 3 Februari 2015 dalam kategori Arsip
Cerpen, Jawa
Pos
Kritik cerpen ini membahas tentang karya M.
Shoim Anwar berisi lima cerpen yang memiliki permasalahan sosial didalamnya.
Dari kelima cerpen tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Kajian kritik
sosial menadi focus kajian pada pembahasan ini. Kritik Sosial
adalah sebuah inovasi yang berarti kritik sosial menjadi sebuah sarana
komunikasi gagasan baru di samping menilai gagasan lama untuk suatu perubahan
sosial.kajian kritik sosial merupakan sebuah ilmu yang ada dalam kajian kritik sastra. Menurut
Soerjono Soekanto mendefinisikan permasalahan sosial sebagai suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial lainnya. Permasalahan tersebut pasti
akan menghambat keinginan dari masing-masing individu maupun kelompok sosial. Sementara itu, menurut
Soetomo, masalah sosial adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh
sebagian warga masyarakat. Dalam
perjalanannya, terdapat 3 teori yang membahasa mengenai permasalahan sosial.
Teori itu meliputi teori fungsionalitas, teori konflik dan teori
interaksionalisme publik.
Kelima
cerpen diatas penulis kaji dengan sebuah kritik sosial. Kelima cerpen diatas
menggunakan sebuah gaya bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Kalimat yang
digunakan menggunakan kalimat yang biasanya ditemukan sehingga pembaca tidak
kesulitan dalam mencari makna dan alur cerita. Dalam cerita pendek “Sorot Mata
Syaila” menceritakan tentang seorang laki-laki dan perempuan yang bernama
Syaila. Cerpen ini menceritakan kisah cinta mereka yang mana pertemuan diantara
keduanya sangat mengesankan karena Syaila mengenakan Gaun panjang terusan yang
berwarna hitam. Fisik dari Syaila yaitu putih bersih dan kukunya dibiarkan
sedikit panjang meruncing. Cerpen tersebut lebih menekankan kepada sosial yang
mana masuk ke dalam kajian sosiologi sastra.
Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989 :178)
mengatakan :”Bahwa sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra
yang menjadi pokok, alat tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut
dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan. Pada kajian sosiologi sastra cerpen berjudul
“Sorot Mata Syaila” tersebut adanya masalah krtik sosial budaya dan bisa
dilihat pada kutipan cerpen di bawah ini:
“Awalnya aku merasa ragu.
Maklum di belahan dunia Arab antara laki-laki dan perempuan umumnya dipisahkan
dengan ketat. Tapi ini di Abu Dhabi, bukan Kota Suci Makkah atau Madinah yang
memerlukan waktu sekitar dua jam dengan pesawat ke sana”.
Dari kutipan diatas
menunjukkan bahwa terdapat budaya sosial yang terlihat dari model atau cara
dalam berpakaian. Perbedaan dari kelima cerpen adalah tentang budaya di
masing-masing Negara dalam hal ini adalah cara berpakaian. Penulis dengan
pintar memasukkan budaya masing-masing Negara ke dalam suasana di masing-masing
cerpen.
Dalam cerpen Sorot Mata
Syaila diawali dengan suasana pertemuan di Negeri Uni Emirat Arab saat itu
menunggu maskapai penerbangan. Suasana saat ini adalah bentuk suatu kritik
sosial berdasarkan kutipan di bawh ini:
“termasuk sengaja tidak
hadir saat dipanggil untuk pemerikasaan penyidik”. Dari kalimat ini terdapat
gambara jelas bahwa laki-laki tersebut secara sengaja menghindar dari
pemeriksaan para penyidik kpk. Kutipan berikutnya terkait kritik sosial yang
ada pada judul cerpen “Sorot Mata Syaila” berikut ini: “Bagiku, pergi melakukan
ibadah ke Tanah Suci jauh lebih baik daripada pura-pura sakit ketika diproses
secara hukum. Aku toh berdoa sungguh-sungguh. Berita-berita dari tanah air
menyatakan bahwa aku buron sehingga beberapa lembaga antikorupsi ikut menempel
posterku di tempat-tempat umum. Tapi biarlah orang lain mau bilang apa. Setiap
orang punya cara sendiri-sendiri. Termasuk minta diselimuti dan diinfus di
rumah sakit kayak orang mau mati. Pura-pura kecelakaan nabrak tiang listrik
juga biarlah. Pura-pura mencret akut saat sidang juga ada”.
Dari kutipan cerpen diatas menjelaskan bahwa di Indonesia
sedang terjadi kasus korupsi yang besar yaitu Korupsi Setya Novanto di DPR,
laki-lakit ersebut terlibat di dalamnya. Laki-laki tersebut justru kabur ke
luar negeri untuk menghilangkan jejak agar tidak terjerat hukum di Indonesia.
Persoalan-persoalan sosial yang disuguhkan adalah sebuah permasalahan sosial.
Sungguh sangat lucu di sebuah Negara besar tersangka korupsi bisa beban ke luar
negeri dan bisa lolos dari sebuah jeratan hukum.
Dari kelima cerpen tersebut memang menyuguhkan akhir
cerita yang cukup sulit dipahami karena akhir dari ceritanya seperti ada
ketidakjelasan alur dalam sebuah cerita pendek, pembaca harus lebih teliti
dalam membaca kelima cerpen tersebut karena di akhir cerpen seperti tidak
menemukan akhir jawaban dari sebuah alur cerita atau mengambang jalanceritanya.
Dari beberapa cerpen karya
M. Shoim di atas ada beberapa cerpen alur cerita yang masih menggantung tidak
jelas ujung dan maksudnya akan kemana. Klimaks yang kurang jelas. Sehingga itu
merupakan kelemahan dari beberapa cerpen di atas. Seperti dibuktikan pada
kutipan cerpen berjudul “Sorot Mata Syaila” berikut ini:
“Sorot sepasang mata Syaila
makin kuat menembus kabut. Seperti juga seekor kucing hitam, sosok itu melayang
dan menyambarku. Aku terjatuh. Tengkurap di lantai lorong yang basah. Ada bunyi
kelepak yang datang menyerbu. Makin riuh di telingaku. Aku membeku”. “Lalu di
manakah Syaila? Perempuan itu telah melenyap bersama gelap. Sosoknya menghilang
tanpa bayang. Sebagai kucing hitam, dia membenam dalam kelam”.
Dari kutipan cerpen diatas menggambarkan sosok Syaila yang
tidak jelas pergi kemana sehingga laki-laki tersebut Nampak bingung dan
mencari-cari sehingga para pembaca juga seperti kebingungan dengan akhir cerita
yang disuguhkan. Dari kelima cerpen tersebut terdapat kesamaan yaitu akhir
cerita yang menurut saya kurang jelas untuk dimengerti akhir dari cerpen
tersebut.
Perbedaan yang menonjol dari kelima cerpen tersebut adalah
dari alur dan struktur dalam cerpen tetapi sama-sama tentang kritik
sosial.wujud kritik yang ditonjolkan adalah sudut pandang masyarakat terhadap
sebuah persoalan politik di tengah-tengah masyarakat. Dalam cerpen “Tahi Lalat”
masyarakat menggunjing istri pak lurah yang cantik dan menarik atau memikat
laki-laki lain sampai berhembus isu bahwa terdapat tahi lalat di dada istri pak
lurah. Seperti dalam kutipan berikut :
“Awas, ini rahasia. Jangan bilang
siapa-siapa!” kata Bakrul memulai pembicaraan sambil mendekatkan telunjuknya ke
mulut.
“Di sebelah mana?” aku mengorek
“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab
Bakrul “Besar?”
“Katanya sebesar biji randu.”
Ketika bertemu atau berpapasan dengan istri
pak lurah maka masyarakat seperti memberikan kode atau isyarat dengan
mengancungkan jempol pertanda bahwa terdapat tahi lalat di dada istri pak
lurah. Beberapa warga ada yag mengerti tetapi juga ada yang tidak mengerti
sampai berteriak ketika istri pak lurah lewat.
Pernyataan
dari cerpen diatas menggambarkan penulis ingin mengambil pesan bahwa penulis
masih menggunakan kritik sosial. Warga selalu membicarakan tentang tahi lalat
di dada istri pak lurah karena pak lurah ingkar terhadap janjinya kepada warga
sekitar untuk mensejahterahkan mereka akan tetapi janji itu tidak dilaksanakan
pak lurah terdapat sebuah unsur politik karena pak lurah dekat dengan seorang
pengembang perumahan.
Faruk (2010),
Pengertian sosiologi sastra adalah ilmu pengetahuan yang mampu menghubungkan
antara hasil karya manusia dengan kehidupan yang ada dalam masyarakat. Dengan
menggunakan teori dan juga metode
penelitian yang berbeda tapi pada
prinsipnya memiliki banyak kesamaan di dalamnya. Penulis mengkaji dari dua sisi tersebut yaitu adanya
kritik sosial dan sosiologi sastra tentang linkungan politik dan proses sosial
yang terjadi secara ilmiah tentang manusia dan hubungannya. Politik yang
digambarkan juga terlihat pada kelima cerpen tersebut. Penulis memberikan
sebuah pesan bahwa terdapat banyak sekali permainan politik yang terjadi di
berbagai Negara. Pada cerpen berjudul “Sepatu Jinjit Aryanti” yang
menggambarkan sebuah karir politik dengan cara menggunakan seorang wanita untuk
mendapatkan kedudukan tinggi. Tokoh Aryanti berperan sebagai korban dalam kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh atasannya. Tokoh Aku mulai berbicara secara
mesar dengan Ariyanti karena terpikatdengan kecantikan Ariyanti. Kelimat cerpen
tersebut selalu berkaitan dengan persoalan budya, sosial, dan politik
didalamnya. Pengarang mengemas cerita sedemikianrupa dengan alur yang menarik
sehingga para pembaca tidak bosan dengan alur ceritanya.
Cerita
Pendek selanjutnya yaitu menceritakan tentang
permasalahan hukum, asmara, dan penipuan. Anik salah satu tokoh di dalam
cerita pendek yang berjudul “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue”
menceritakan perempuan yang menjadi korban Bambi yangdi iming-imingi akan
dimenangkan dalam sidangnya, namun tidak demikian justru Anik dikalahkan dalam
persidangan tersebut walaupun Anik sudah memberikan banyak uang tetapi Bambi
tidak menepatinya sekalipun. Permainan politik yang cantik dari seorang hakim
di pengadilan. Dalam cerpen ini terdapat alur yang cukup jlas sehingga mudah
untuk dipahami. Terdapat sebuah pesan moral khususnya kepada seorang penegak
hukum agar tetap menjalankan tugasnya secara profesioanl dan tidak terbuai oleh
rayuan atau harta untuk mengubah suatu keputusan yang adil. Penegak hukum seolah
gampang sekali untuk dibeli sehingga terdapat permaianan politik di dalam
sebuah pegambilan keputusan hakim.
Pada cerpen terakhir yang
berjudul “Jangan ke Istana, Anakku” karya M. Shoim Anwar masih berbau unsur
sosial budaya. Tidak hanya kritik sosial tetapi dengan adanya teori struktural
genetik. Cerpen terakhir ini sangat campur untuk teorinya sehingga penulis seperti
membuat arah baru dalam dunia cerpen. Menceritakan tentang seolrang kepala
Negara atau kepala pemerintahan yang mempunyai kekuasaan yang mutlak dan tdak
bisa diganggu gugat.
Di dalm istana terlihat
kondisi yang baik-bak saja akan tetapi terdapat sebuah desas-desus atau rumor
tentang tokoh “aku” yang menceritakan masa lalunya dikurung dalam kurungan
pagar istana. Tokoh aku tidakvingin naknya masuk ke dalam istana agar tidak
terjerat juga dalam pagar istana. Tokoh “aku” membangunkan sebuah gubuk kecil
untuk anaknya gar dia tentram. Ibunya sampai meninggal di istana.
Kondisi sosial pada masa itu adalah kondisi sosial di zaman
kerajaan yang dilami oleh tokoh “Aku” dia semena-mena disika oleh istana atau
kerajaan yang enuhdengan misteri seperti dalam kutipan di bawah ini :
Perihal penari istana memang
sudah banyak yang mendengar. Orang-orang suruhan istana juga kelayapan mencari
para perempuan cantik untuk dibawa ke istana dengan dalih mau dijadikan penari,
khusus menghibur keluarga istana beserta tamu-tamu agungnya. Sesekali memang
terdengar alunan gending dari dalam istana. Tapi hingga kini
perempuan-perempuan cantik itu tak ada yang kembali ke desanya. Kabar
mengerikan malah menyeruak, konon perempuan-perempuan cantik itu dijadikan
wadal alias tumbal istana, dimasukkan ke sumur lorong gelap bawah tanah yang
dihuni Nyi Blorong peliharaan istana. Konon, di malam Rabu Kliwon, ketika
gending terdengar di tengah malam disertai bau kembang dan kemenyan, saat
itulah waktunya wadal diumpankan. Paginya, burung-burung gagak beterbangan di
genting istana, berkaok-kaok memberi isyarat melengking-lengking. Adakah dia
mencium darah dari sisa korban di lorong gelap bawah tanah?
Pernyataan diatas menjadi sebuah bukti bahwa misteri yang
terjadi di istana masih terdapat sebuah alur yang belum selesai sehingga para
pembaca juga dibuat bingung terhadap akhir ceritanya karena tidak tahu tujuan
dari tumbal-tumbal yang ada pada istana. Jika kita hbubngkan ke dalam persoalan
sekarang maka masih banyak orang atau pejabat yang rela menggunakan jabatnnya
agardapat kekuasaan yang lebih tinggi dan berbuat sewenang-wenang terhadap
rakyat kecil. Sehingga di masa pemerintahan yang sekrang masih banyak kita
lihat bahwa para pejabat banyak yang menggunakan kekuasaan untuk menambah
kekuasaannya atau mengangkat para kerabatnya menjadi pejabat sehingga
kesejahteran rakyat terabaikan.
Dari kelima cerpen diatas terdapat persamaan dan perbedaan.
Permasalahan yang diangkat tidak terlepas dari sebuah permasalahan sosial,
budaya dan politik yang kotor. Banyak masyarakat di zaman ini yang seakan tidak
menyadari bahwa masyarakat menjadi permaianan para pejabat ketika mengambil
sebuah kebijakan. Terdapat banyak pesan yang terkandung di dalam kelima cerpen
diatas salah satunya yaitu agar selalu amanah ketika kita mendapatkan sebuah
jabatan karena hal itu merupakan sebuah tanggung jawab besar yang akan kita
pertanggung jawabkan di dunia dan kelak di akhirat dengan Tuhan yang maha Esa.
Daftar Pustaka
https://dosensosiologi.com/pengertian-sosiologi-sastra-ruang-lingkup-fungsi-dan-contoh-lengkap/
https://tirto.id/teori-pendekatan-sosiologi-sastra-menurut-ian-watt-gbCD
Komentar
Posting Komentar