KRITIK DAN ESAI CERPEN "SETAN BANTENG" Karya Seno Gumira Ajidarma

    

     Seno Gumira Ajidarma seorang cerpenis, esais, wartawan, dan pekerja teater. Nama samaran yang dimilikinya Mira Sato, digunakan untuk menulis puisi sampai tahun 1981. Dia lahir di Boston, Amerika Serikat pada tanggal 19 Juni 1958, tetapi dibesarkan di Yogyakarta. Ayahnya adalah Prof. Dr. MSA Sastroamidjojo, guru besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada. Ibunya, Poestika Kusuma Sujana, adalah dokter spesialis penyakit dalam. Seno menikah dengan Ikke Susilowati pada tahun 1981 dan dikaruniai seorang anak bernama Timur Angin.

Cerpen ini memberikan pesan bahwa setiap anak atau setiap orang tidak boleh bersikap yang tidak baik atau bersikap yang aneh-aneh terhadap sesuatu. 

Hooooiii!” Guru itu berteriak dan memperlihatkan sikap marah,

“Jangan main-main kalian! Ini berbahaya! Ngawur! Apa tidak ada permainan lain

selain bermain dengan setan?”....

Guru, yang tampaknya mengerti belaka permainan semacam ini, mengangkatnya

bangun dan merangkul bahunya.”

     Dalam kutipan diatas menggambarkan tentang seorang guru yang sedang menasehati muridnya agar tidak berbuat yang macam-macam apalagi sampai mempermainkan seseorang, sehingga anak-anak dapat tumbuh menjadi seseorang yang baik hatinya.

Terdengar bel berbunyi.

“Ayo masuk kelas!” Teriaknya lagi, “Mau jadi ilmuwan macam apa kalian?”

Lantas suaranya merendah, seperti bicara untuk dirinya sendiri.

“Sejak kecil sudah bermain setan…”

     Dalam kutipan diatas menggambarkan tentang sebuahpesan sekaligus sindiran terhadap orang-orang yang memiliki ilmu banyak akan tetapi tidak mau berbuat baik dan menggunakan ilmunya untuk berbuat jahat atau licik sehingga lirik diatas mengandung makna yang sangat dalam.

    Hubungan cerpen tersebut dengan zaman sekrang adalah pentingnya sebuah sistem pendidikan yang menanamkan karakter yang baik untuk setiap siswanya sehingga tumbuh generasi muda yang tidak gampang terpengaruh terhadap kenakalan remaja zaman sekarang. pendidikan karakter tersebut tidak hanya berada di lingkungan sekolah akan tetapi juga di lingkungan orang tua.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra puisi-puisi karya Mashuri yang berjudul "Hantu Kolam", "Hantu Musim" dan "Hantu Dermaga"

KRITIK SASTRA : TAHI LALAT

Kritik dan Esai Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” Karya M. Shoim Anwar