Kritik Sastra "Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah"

    • Dalam bait di bawah ini menggambarkan seorang guru atau ulama yang memiliki kemuliaan dan derajat tinggi, Ulama ini tangguh terhadap keyakinannya bahwa Ulama harus menjadi panutan dan tegak di sisi kebenaran, tidak boleh mengemis atau meminta jatah kepada sang penguasa sehingga Ulama yang demikian dibutuhkan agar tetap menjadi seorang panutan dan tidak tergabung dalam kekuasaan. 

    • Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia

      panutan para kawula dari awal kisah

      ia adalah cagak yang tegak

      tak pernah silau oleh gebyar dunia

      tak pernah ngiler oleh umpan penguasa

      tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah

      tak pernah gentar oleh gertak sejuta tombak

      tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja


  • Dalam bait di bawah ini menggambarkan keteguhan hati seorang ulama yang tetap pada pendiriannya bahwa sekalipun ditawari oleh sebuah jabatan atau uang Ulama ini tetap berada pada jalur Ulama semestinya, yaitu berada di tengah-tengah antara rakyat dan penguasa bahkan mungkin Ulama ini diancam dan ditekan makan Ulama ini tetap pada pendiriannya. 
  • Ulama Abiyasa merengkuh teguh hati dan lidah
  • marwah digenggam hingga ke dada

    tuturnya indah menyemaikan aroma bunga

    senyumnya merasuk hingga ke sukma

    langkahnya menjadi panutan bijaksana

    kehormatan ditegakkan tanpa sebiji senjata


Dalam bait puisi di bawah ini menjadi pembuktian bahwa seharusnya Ulama memang dihormati dan sang penguasa mentaati ajaran yang disampaikannya, ketika meminta nasehat maka datanglah ke seorang ulama bukan Ulama yang datang ke penguasa, bahwa Ulama Abiyasa memang menjadi panutan dalam kehidupan nya bernegara dan mengatur jalannya kerajaan. 


Ulama Abiyasa bertitah

para raja dan penguasa bertekuk hormat padanya

tak ada yang berani datang minta dukungan jadi penguasa

menjadikannya sebagai pengumpul suara

atau didudukkan di kursi untuk dipajang di depan massa

diberi pakaian dan penutup kepala berharga murah

agar tampak sebagai barisan ulama

Ulama Abiyasa tak membutuhkan itu semua

datanglah jika ingin menghaturkan sembah

semua diterima dengan senyum mempesona

jangan minta diplintirkan ayat-ayat asal kena

sebab ia lurus apa adanya

mintalah arah dan jalan sebagai amanah

bukan untuk ditembangkan sebagai bunga kata-kata

tapi dilaksanakan sepenuh langkah




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra puisi-puisi karya Mashuri yang berjudul "Hantu Kolam", "Hantu Musim" dan "Hantu Dermaga"

KRITIK SASTRA : TAHI LALAT

Kritik dan Esai Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” Karya M. Shoim Anwar