IMPIAN HIDUP


IMPIAN HIDUP

Nia adalah gadis cantik dan cerdas, ia terlahir dari keluarga kurang mampu. Ayahnya telah mwweninggal saat ia masih duduk di bangku SMP kelas 3. Nia anak pertama dari tiga bersaudara, kini ia hanya tinggal bersama ibu dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD. Pekerjaan ibunya sehari-hari sebagai buruh tani. Saat ini Nia duduk di SMK Farmasi Magetan, biaya sekolahnya cukup mahal. Sehingga membuat Nia harus bekerja di sebuah Perumnas. Majikannya sangat baik hati semua biaya sekolah ditanggung olehnya. Nia kini tinggal bersama majikannya untuk mengurus rumah sang majikan. Di sekolah Sindi terkenal siswa yang sangat tanggap dalam proses belajar.

Semua perhatian guru tertuju padanya, sehingga banyak siswa yang iri. Setiap harinya selalu mendapat ejekan dari teman sekolahnya. Tapi tidak semua temannya memperlakukannya seperti itu. Nadia teman yang selalu ada di sampingnya. Nadia berbeda dari Nia yang hanya anak buruh tani. Nadia terlahir dari keluarga yang kaya tapi Nadia tak pernah menyombongkan diri. Kedekatan mereka sudah seperti saudara sendiri.

Jarum jam menunjukan pukul 03.00 pagi Nia bangun dari tidurnya dan mengambil air wudhu untuk melakukan sholat tahajud, diakhir sholat tidak lupa ia berdoa meminta keinginan yang sangat ingin dicapainya.     

Selesai berdoa ia ke dapur mengambil sepiring nasi dengan lauk tempe, dimakannya dengan lahap untuk sahur. Lalu ia mengambil buku pelajaran untuk dibacanya sambil menunggu sholat subuh. Kegiatan ini dilakukan setiap hari, Udara pagi begitu sejuk dan mentari dipagi hari selalu mendukung aktivitasnya. Setelah semua kegiatan telah terselesaikan ia berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda yang jarak dari rumah ke sekolah sekitar 2 km. Sampai di sekolah ia masuk dan mengikuti pelajaran yang akan segera dimulai.

Bel masuk berbunyi jam pertama dimulai tapi saat itu guru pengajarnya tidak hadir. Tiba-tiba tiga cewek datang menghampiri Nia dan menariknya ke luar menuju kamar mandi. Nia hanya terdiam tak berani membantah. Nadia yang tahu akan hal itu langsung mengikutinya dari belakang.
            “Dasar cewek sialan!” Bentak salah satu cewek dari ketiga cewek itu.

          “Apa salahku sampai kalian ngebuli aku terus?” Tanya Sindi sambil menangis.
            “Eh… gembel. Kamu seharusnya tahu kalau yang dipuji-puji    

semua guru itu aku bukan kamu. Kamu itu gak pantas diperlakukan seperti itu,”  Bentak cewek itu kepada Nia.

Nadia datang menghampiri mereka, Nadia pun menghentikan perkataan yang diucapkan oleh ketiga cewek itu, dan mereka bertiga pergi Nia dan Nadia.
            “Kamu tidak apa-apa kan Nia ?” Tanya Nadia
Nia hanya menggelengkan kepalanya, Nadia pun memeluk Nia dan membawanya kembali di kelas.

Hari-hari mereka lalui dengan penuh canda tawa dan suka cita bersama. Sampai tiba saatnya detik kelulusan sekolah, Hal itu membuat para siswa dalam tangisan bahagia dan duka. Nia dan Nadia akhirnya lulus dan keduanya saling berpelukakan untuk perpisahan pertemuan mereka. Yang membuat bangga nilai ujian Nia tertinggi nomor dua dari seluruh siswa di Indonesia. Sehingga ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke Universitas Gajah Mada impiannya selama ini. Tapi ia juga ingin sekali mencari pekerjaan yang lebih baik untuk ibu dan kedua adiknya.

Nia tak bekerja lagi di rumah majikannya, sebelum pergi tak lupa ia menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan yang diberikan majikannya selama ini. Ia pun melamar pekerjaan di perusahaan “Kable Farma” sebagai detailer. Walau jarang orang bercita-cita menjadi detailer, tak mudah pula untuk memasukinya. Persyaratan menjadi tenaga pemasar farmasi sangat rumit seperti memiliki kepribadian yang menarik, fisik dan mental yang kuat, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, sehat jasmani dan rohani dengan melalui tes kesehatan maupun psikotest. Banyak saingan tidak membuat ia mundur begitu saja, tapi menambah semangat untuk mendapatkan pekerjaan itu.

Setelah berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai detailer selanjutnya ia menjalani serangkaian pelatihan yang terdiri medical knowledge, produk knowledge, selling skill, dan peraturan perusahaan. Bila sudah lulus pelatihan ia akan ditugaskan di berbagai kota dan daerah di seluruh Indonesia. Beruntungnya ia ditempatkan di daerah Yogyakarta dimana tempat ia kuliah. Pagi sampai sore ia kuliah dan sore sampai malam bekerja, itu dilakukan setiap harinya. Belum lagi tugas kuliah yang menumpuk, tetapi ia melakukannya dengan ikhlas dan senang hati. Ditengah kesehariannya ia juga mengunjungi panti asuhan untuk memberi bantuan dengan apa yang dimilikinya. Nia meluangkan waktunya untuk bermain dan berbagi ilmu dengan anak-anak panti. Perhatian serta kasih sayangnya terhadap mereka sangat tulus dan begitu akrab. Wajah mereka seakan berubah saat Nia pergi meninggalkan panti. Semangatnya seakan tenggelam dalam lautan.
            “Adek-adek kakak pulang dulu ya, besok kalau ada waktu kakak pasti kesini,”

“Kok gitu sih kak, kami msih mau main dan belajar sama kakak,”

Kata mereka
            “Nggak boleh sedih gitu dong, nanti kakak ikut sedih. Mana  semangat kalian,” Kata Sindi.
            “Iya kak kita gak sedih lagi, kakak hati-hati ya kalau pulang” Jawab anak itu.

Nia pun menuju kost dan beristirahat sejenak untuk menghilangkan capek. Kebiasaan buruk selalu dilakukan kembali yaitu tidur sambil membaca, ia pun tertidur.

Malam harinya ia berakngkat bekerja dengan mengendarai motor dengakn kecepatan 50 km/jam. Di tengah perjalanannya mulai terasa capek dan mengantuk. Braaaaak…!!! Tiba–tiba menabrak sebuah bus yang ada di depannya dari arah berlawanan ia terpental mengenai truk di belakangnya dan jatuh di jalan, darah segar keluar deras, matanya buram seakan tak bisa melihat apa yang telah dialami. Mobil ambulan segera datang dan membawa Nia menuju rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera. Setelah sampai ia pun dibawa di ruang UGD, dokter dan perawat bergegas menanganinya dengan cepat. Ibu Nia mendapat kabar tersebut langsung pergi menuju rumah sakit dimana anaknya dirawat walaupun harus menempuh jarak jauh. Selesai ditangani dengan segera, dokter memberitahukan bahwa kaki kanan Nia harus segera diamputasi. Karena lama menunggu, dokter menghubungi ibunya Nia untuk meminta keputusan. Tak berpikir panjang sang ibu menyetujuinya. Kemudian operasi dilakukan dengan segera karena biaya operasi juga sudah ditanggung oleh perusahaan di mana Nia bekerja. Beberapa jam kemudian operasi berhasil dilakukan. Nia kemudian dipindahkan ke ruang perawatan. Ia berada di ruang perawatan seorang diri tanpa ada yang menemani karena sang ibu belum sampai di rumah sakit.

Pagi hari ibunya baru sampai rumah sakit karena keadaan jalan yang macet. Ibunya hanya bisa meneteskan air mata tak tega melihat sang putri kesayangannya berbaring lemah. Nadia yang tahu berita bahwa Nia kecelakaan langsung menghampirinya di rumah sakit. Sampai di sana Nadia hanya bertemu dengan ibu Nia, Nia pun baru siuman dan ia kebingungan dengan keadaan ruangan yang ia tempati selain itu ada juga Nadia dan ibunya yang hadir di sebelahnya.

            “Ibu, Nadia ada apa kok pada ngumpul, trus ini aku di mana?” Tanya Sindi bingung
            “Kamu ada di rumah sakit kemarin kamu kecelakaan, ” Jawab Nadia.

Nia kaget kemudian ia mengingat kejadian kemarin saat ia mencoba menggerakkan anggota badannya. Di situlah ia merasakan keganjalan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada kaki kanannya. Ia pun membuka kakinya yang tertutup selimut. Setelah melihat apa yang terjadi ia menjerit shok dan menangis, ibunya memeluk dan Nadia berusaha menenangkannya.

“Nia, semua udah terlanjur aku yakin cobaan ini pasti ada hikmahnya, kamu harus tetap optimis kejar impianmu. Anggap saja ini ujian dibalik kesuksesanmu, percayalah Allah tidak akan menguji hambanya melampaui batas kemampuan umatnya” Kata Nadia

            “Terima kasih Nad kamu selalu ada buat aku dan selalu mengingatkanku” Sahut Nia.
            “Sama-sama” Jawab Nadia

Nadia memeluk Nia dengan erat, beberapa hari setelah keadaan Nia membaik ia diperbolehkan untuk pulang.

Setelah beberapa hari Nia kembali bekerja lagi, tetapi atasannya tidak bisa menerimanya lagi karena fisiknya yang tak sempurna. Atasannya kurang yakin dengan kondisinya sekarang yang tak memungkinkan untuk bekerja kembali. Nia terus memohon dan meminta kesempatan untuk membuktikan bahwa ia layak untuk tetap bekerja walaupun dengan satu kaki. Akhirnya dengan begitu Nia diterima kembali. Pekerjaannya dilakukan dengan tekun dan membuat atasannya merasa bangga kepadanya.

Hari pertama saat ia kembali bekerja cobaan selalu datang menghampirinya. Di kantornya ada salah satu teman yang tidak menyukainya kalau nia selalu dipuji atasannya. Tiba saatnya Nia difitnah bahwa ia mencuri uang perusahaan. Kemudian ia dibawa ke kantor polisi untuk ditindak lanjuti, di penjara Nia tidak pernah berhenti berdoa dan sholat malam untuk memohon petunjuk. Selang beberapa hari telah terungkap kejadian yang sebenarnya. Kini dia merasa senang karena semua doanya terkabul, salah satu rekan kerja yang selalu dekat dengannya tahu kejadian yang sebenarnya dan melapor pada atasannya agar Nia segera dibebaskan. Dan ia akhirnya bisa kembali bekerja dan belajar lagi.

Nia mulai belajar mengendarai motor dengan satu kaki, dan akhirnya terbiasa. Sampai sekarang ia tetap kuat menjalaninya. Di sisi lain musibah datang berturut-turut bangunan yang telah dibelinya digusur oleh Negara karena tanah yang ditempati masih hak milik Negara. Ia telah kehilangan puluhan juta untuk membeli bangunan itu. Tawakal dan tabah selalu ia tanamkan dalam hati dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikannya. Walapun masalah datang silir berganti, tak membuatnya lelah dan menyerah terhadap masalah yang datang.

Setelah lama bekerja ia mengambil hari untuk cuti dan pulang ke halaman rumah menemui sang ibu untuk menghilangkan rasa kangennya. Di sana ia menghabiskan waktunya bersama adik dan ibunya. Dulu hidupnya tak seperti sekarang, untuk membeli secarik kain tak pernah ia dapatkan, tapi kini berbeda semua yang diinginkan adik-adiknya pasti dibelikan.

Setelah selesai berlibur Nia kembali ke Yogyakarta. Memulai tugasnya sebagai mahasiswi dan pekerja. Kini ia sudah menempati semester ke 8 sebentar lagi pelaksanaan ujian kelulusan. Tiba saatnya Nia terus berdoa dan belajar demi meraih kelulusan dan gelar sebagai apoteker. Setelah terlewati masa ujian kini hanya menunggu pengumuman kelulusan. Irama jantung bergetar cepat seakan ia dikejar seekor srigala, raut wajah gelisah, keringat dingin keluar deras. Sindi yang duduk di sebelah ibunya di aula memegang erat tangan sang ibu dan terus berdoa, tak henti kata solawat terucap di bibirnya.

Pengumuman dinyatakan lulus semua dan dibacakan yang akan mendapat nilai tertinggi, ternyata Sindi salah satu mahasiswi yang mendapat kemenangan. Ia mendapat banyak tawaran untuk bekerja. Tapi ia tetap setia bekerja sebagai detailer. Ibunya terus membujuknya agar berpindah pekerjaan karena ibunya tidak tega melihat sang anak kesulitan bekerja dengan satu kaki. Akhirnya ia menerima tawaran di rumah sakit sebagai apoteker. Setelah beberapa tahun, ia mendapat tawaran di Amerika. Ia pun mengambil tawaran itu dengan izin sang ibu.

Tiba saatnya berangkat ke Amerika ia menyiapkan segala yang akan dibawanya. dimana mimpinya kini terwujud. Kehidupannya kini berubah drastis. Setelah bekerja di Amerika. Ia bertempat tinggal di sana hanya sementara. Di Amerika ia bertemu dengan seorang pria tampan yang berprofesi sebagai dokter yang bernama Marcell. Kedekatan mereka mulai terlihat. Marcell mulai mendekati Nia. Setelah lama saling mengenal dan tahu isi hati mereka akhirnya direncanakan hari pernikahan. Pernikahan akan dilaksanakan di Indonesia. Ibunya sangat bangga memiliki seorang putri yang selalu berjuang untuk meraih mimpi. Kini Nia berhasil meraih cita dan cintanya yang selama ini ia impikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra puisi-puisi karya Mashuri yang berjudul "Hantu Kolam", "Hantu Musim" dan "Hantu Dermaga"

KRITIK SASTRA : TAHI LALAT

Kritik dan Esai Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” Karya M. Shoim Anwar